
Lebih dari Sekedar Ketikan - Seni Komunikasi melalui Chat yang Nyaman dan Jelas
Lebih dari Sekadar Ketikan: Seni Komunikasi melalui Chat yang Nyaman dan Jelas
Mojokerto, IHC NMU Group – Di era digital saat ini, mayoritas komunikasi antar manusia dilakukan melalui teks, mulai dari aplikasi pesan singkat seperti WhatsApp dan Telegram, hingga Direct Message (DM) di media sosial seperti Instagram, Facebook, X (dulu Twitter), dan Threads.
Mojokerto, IHC NMU Group – Di era digital saat ini, mayoritas komunikasi antar manusia dilakukan melalui teks, mulai dari aplikasi pesan singkat seperti WhatsApp dan Telegram, hingga Direct Message (DM) di media sosial seperti Instagram, Facebook, X (dulu Twitter), dan Threads.
Kepraktisan menjadi salah satu alasan utama mengapa komunikasi via chat semakin digemari. Tanpa perlu menunggu waktu dan ruang yang sama, dua orang bisa langsung bertukar pesan kapanpun dibutuhkan. Namun di balik kemudahan itu, komunikasi berbasis teks juga rawan menimbulkan kesalahpahaman. “Pesan teks tidak memiliki intonasi suara, ekspresi wajah, atau bahasa tubuh yang biasanya membantu kita memahami maksud seseorang,” kata penulis yaitu Novita Wardhani, S. Ikom. sebagai Corporate Communication di IHC NMU Group, Selasa (3/7/2025). Menurut Novita, seiring meningkatnya penggunaan chat sebagai media utama komunikasi, masyarakat mulai mengembangkan ‘alat bantu visual’ untuk memperjelas maksud dari pesan yang dikirimkan.
Emoji: Bahasa Tubuh Versi Digital
Salah satu alat bantu yang paling populer adalah emoji. Ikon-ikon kecil ini berfungsi menyampaikan ekspresi dan emosi secara visual. Misalnya, pesan “Oke.” terdengar datar atau bahkan dingin, tapi akan berbeda maknanya jika ditulis “Oke 😊”. “Emoji bisa membuat komunikasi terasa lebih hangat dan personal. Tapi tetap harus digunakan secara proporsional, terutama dalam konteks profesional,” ujar Novita.
Typo: Kecil Tapi Fatal
Selain itu, kesalahan ketik atau typo juga menjadi tantangan dalam komunikasi digital. Typo bisa membuat arti pesan berubah secara drastis dan menimbulkan salah pengertian. Contohnya, “Saya sudah kirim” dengan “Saya susah kirim”—perbedaan satu huruf saja dapat mengubah seluruh konteks percakapan. Dalam komunikasi formal, typo juga bisa memberi kesan kurang teliti dan tidak profesional.
Selain itu, kesalahan ketik atau typo juga menjadi tantangan dalam komunikasi digital. Typo bisa membuat arti pesan berubah secara drastis dan menimbulkan salah pengertian. Contohnya, “Saya sudah kirim” dengan “Saya susah kirim”—perbedaan satu huruf saja dapat mengubah seluruh konteks percakapan. Dalam komunikasi formal, typo juga bisa memberi kesan kurang teliti dan tidak profesional.
Nada Pesan: Dibaca Beda, Diterima Beda
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah nada pesan. Karena tidak ada intonasi suara, pesan tertulis bisa diinterpretasikan berbeda oleh setiap orang, tergantung pada mood dan relasi antar komunikator. Contoh: “Kamu di mana?” bisa terdengar sebagai bentuk perhatian, atau sebaliknya, sebagai tekanan atau interogasi. “Penting untuk menyusun kalimat dengan kata-kata yang lebih halus seperti ‘ya’, ‘mohon’, atau ‘terima kasih’ agar tidak menimbulkan persepsi yang salah,” jelas Novita.
Kesimpulan
Komunikasi via chat membutuhkan pendekatan berbeda dibandingkan komunikasi langsung. Penggunaan emoji, kehati-hatian terhadap typo, dan pemilihan nada yang tepat menjadi kunci agar pesan tidak disalahartikan.“Ingat, dalam dunia digital, cara menyampaikan pesan sama pentingnya dengan isi pesan itu sendiri,” tutup Novita. (Sumber NMU, 2025, edited by NMU, 2025)